Beranda | Artikel
PERANG KHANDAQ
Sabtu, 2 Oktober 2021

Menurut pendapat jumhur Ulama, perang Khandaq terjadi pada bulan Syawwal tahun lima hij riyah dan sebagian Ulama yang lain menyebutkan bahwa peperangan ini berkecamuk pada bulan Syawwal tahun keempat hijriyah. Al-Baihaqi memandang bahwa pada dasarnya kedua pendapat ini tidak beda. Karena yang berpendapat perang ini terjadi pada tahun ke-4 maksudnya empat tahun setelah Rasûlullâh hijrah ke Madinah dan sebelum tahun ke-5 berakhir.1)

PEMICU PERANG 2):

Pemicu perang Khandaq ini adalah dendam lama orang-orang Yahudi yang di usir oleh Rasûlullâh  ﷺ dari Madinah dalam perang Bani Nadhir. Mereka diusir karena mereka mengkhianati perjanjian yang dibuat dengan Rasûlullâh  ﷺ .

Sejumlah tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il seperti Sallam bin abil Huqaiq, Huyyai bin Akhtab, Kinanah bin Abil Huqaiq, Hauzah bin Qais al-Wa’iliy dan Abu Ammar al-Wa’iliy berangkat ke Mekah untuk mengajak kaum musyrikin Quraisy memerangi Rasûlullâh  ﷺ . Mereka berjanji, “Kami akan bersama kalian berperang sampai berhasil menghancurkan kaum Muslimin.”

Mereka juga meyakinkan kaum Quraisy dengan mengatakan, “Agama kalian itu lebih baik daripada agama Muhammad.” Tentang orang-orang inilah, Allâh k turunkan firman-Nya yang artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan orang orang yang diberi bagian dari kitab, mereka mengimani sesembahan selain Allâh dan thagut, serta mengatakan kepada orang kafi r(musyrik Mekah) bahwa jalan mereka lebih benar dari pada orang orang beriman. (QS. An-Nisâ’/4:51)

Setelah sepakat dengan kaum Quraisy, tokoh tokoh Yahudi ini mendatangi suku Gathafan. Dalam pertemuan dengan tokoh Gathafan mereka mencapai dua kesepakatan :

  1. Suku Gathafan bersedia mengirim pasukan sebanyak-banyaknya untuk bergabung denganpasukan sekutu menyerang kaum Muslimin.
  2. Sebagai imbalannya, kaum Yahudi akan menyerahkan hasil panen kurma Khaibar kepada suku Gathafan selama setahun penuh.

KEKUATAN PASUKAN

 Berkat kegigihan para tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Wa’il menggalang dukungan, akhirnya sebuah pasukan sekutu berkekutan sangat besar pun terbentuk. Ibnu Ishâq3) menyebutkan bahwa jumlah pasukan sekutu adalah sepuluh ribu pasukan yang terdiri dari kaum musyrik Quraisy, qabilah Gathafan beserta qabilah-qabilah yang ikut bergabung bersama mereka. Oleh karena pasukan orang-orang kafir ini terdiri dari berbagai kelompok, maka peperangan ini disebut juga dengan perang Ahzâb (beberapa kelompok). Komando tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan.

Sementara pasukan kaum Muslimin hanya berjumlah tiga ribu saja dan bisa jadi jumlah musuh melebihi jumlah seluruh penduduk Madinah kala itu.4)

PERSIAPAN KAUM MUSLIMIN DI MADINAH:

Ketika berita persekongkolan dan rencana busuk orang-orang kafir ini sampai ke Rasûlullâh  ﷺ , beliau  ﷺ langsung meresponnya dengan melakukan persiapan. Diantara persiapan itu adalah :

  1. Musyawarah

Diantara kebiasaan Rasûlullâh adalah mengajak para Sahabat beliau  ﷺ bermusyawarah tentang halhal yang tidak ada wahyu dari Allâh, baik berkaitan dengan peperangan atau yang semisalnya.5)

Rasûlullâhn meminta pendapat para sahabat tentang strategi dalam perang ini. Salah seorang Sahabat yang bernama Salmân al-Farisi mengusulkan agar kaum Muslimin menggali khandaq (parit) di sebelah utara Madinah yang merupakan satu-satunya jalan terbuka yang bisa di lewati musuh apabila ingin memasuki kota Madinah.6) Ide brilian Salman رضي الله عنه ini disetujui oleh Rasûlullâh ﷺ dan para Sahabat lainnya. Setelah mencapai kata mufakat, akhirnya penggalian khandaq (parit) pun dimulai. Inilah penggalian parit pertama dalam sejarah Arab.

  1. Menggali Parit

Setelah sepakat untuk menggali parit sesuai usulan Salmân al-Fârisi, kaum Muslimin pun bergegas untuk melaksanakannya. Parit yang diharapkan bisa memisahkan kaum Muslimin dengan musuh ini terus dikebut pengerjaannya supaya bisa selesai sebelum musuh datang ke Madinah. Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat tentang waktu yang dibutuhkan untuk penggalian parit ini, berkisar antara enam sampai dua puluh empat hari.7)

Para Sahabat sangat bersemangat dan antusias menggali parit karena Rasûlullâh  ﷺ juga ikut bersama mereka dan tidak jarang mereka meminta bantuan Rasûlullâh untuk memecahkan batu-batu besar yang tidak sanggup mereka pecahkan. Untuk memompa semangat para Sahabat, Rasûlullâh  ﷺ berkali kali melantunkan sya’ir yang kemudian dij awab oleh para Sahabat. Seorang Sahabat al-Barrâ` bin Azib bercerita, “Pada waktu perang Ahzâb atau Khandaq, aku melihat Rasûlullâh  ﷺ mengangkat tanah parit, sehingga debu-debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku. Saat itu beliau  ﷺ bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu Rawâhah, sambil mengangkat tanah beliau bersenandung :

اللَّهُمَّ لَوْلَا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَاتَصَدّقْنَا وَلَا صَلَّيْنَا

فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا وَثَبِّتْ الأَقْدَامَ إِنْ لَاقَيْنَا

إِنَّا الأَعْلَى قَدْ بَغَوا عَلَيْنَا وَإِنْ أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا

Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk,

tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat,

 Maka turunkanlah ketenangan kepada kami,

serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh.

Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami,

apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.’

Beliau menyenandungkan bait-bait itu sambil mengeraskan suara diakhir.”8)

Mendengar Beliau ﷺ melantunkan bait syair, para Sahabatpun tidak mau tertinggal. Mereka mengatakan:

نَحْنُ اللَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى الإِسْلَامِ مَابَقَيْنَا أَبَدًا

Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad

untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup

Ucapan ini dijawab oleh Rasûlullâh  ﷺ dengan doa :

اللَّهُمَّ إِنَّهُ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُ الآخِرَةِ فَبَارِكْ فِيْ الأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةِ

Ya Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat maka berikanlah berkah kepada kaum Anshâr dan Muhajirin 9)

Demikianlah semangat kaum Muslimin ketika menggali parit yang bisa diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat untuk ukuran saat itu, dengan berbagai kendala seperti kekurangan peralatan, kurang makanan, cuaca Madinah yang sangat dingin ditambah lagi dengan sikap orang-orang munafiq yang terus berusaha mengikis semangat para Sahabat.10) Meski demikian, semangat yang didasari iman yang kuat membuat mereka tidak pernah surut membela agama Allâh dan Rasul-Nya.

Pasca penggalian parit Rasûlullâh  ﷺ memerintahkan agar para wanita dan anak kecil ditempatkan di salah satu benteng terkuat di Madinah milik Bani Haritsah11) dan beliau  ﷺ menunjuk Abdullah bin Ummi Maktum رضي الله عنه untuk menggantikannya di Madinah selama peperangan.

Kemudian Rasûlullâh ﷺ mulai menyusun strategi untuk menghadapi musuh. Beliau  ﷺ menyuruh para Sahabat untuk membelakangi gunung Sila’, menghadap khandaq yang sekaligus sebagai penghalang mereka dari pasukan sekutu.12)

PELAJARAN DARI KISAH
  1. Ketauladan dan contoh yang baik dari seorang pemimpin sangat mempengaruhi pengikutnya. Sebagaimana para Sahabat yang terus semangat menggali parit bersama Rasûlullâh meski mereka sangat lapar.
  2. Di syariatkan untuk musyawarah demi mencari ide terbaik dalam perkara penting yang tidak ada nashnya dari wahyu.[

Footnote:

1 As-Sîratun Nabawiyah, Ibnu Katsir, 3/180

2 Sumber yang sama dengan yang sebelumnya.

3 As-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 445

4 Ar-Rahîqul Makhtûm, hlm. 303

5 As-Siyâsah as-Syar’iyyah tentang pembahasan musyawarah

6 Madinah ibarat sebuah benteng yang tertutup dan dikelilingi oleh bangunan, perkebunan, dan tanah bebatuan yang sulit di lewati hewan tunggangan atau manusia sekalipun (as-Sîratun Nabawiyah as-shahîhah, al-Umari, hlm. 420, lihat juga Thabaqât al-Qubra oleh Ibnu Sa’ad:2/66- 67)

7 As-Sîratun Nabawiyah fi Dhau’il Mashâdiril Ashliyyah, hlm. 447

8 Fathul Bâri, (Ta’lîq Syaikh Bin Baz, Bab Ghazwatil Khandaq:(6/46) dan Shahîh Muslim, Bab Ghazwatul Ahzâb, 5/187

9 Fathul Bâri (Ta’lîq Syaikh Bin Baz, Bab Ghazwatil Khandaq:(6/46)

10 Sikap kaum munafi q ini di ceritakan oleh Allâh di Sembilan ayat pada QS. Al-Ahzâb/33:11-20

11 As-Sîratun Nabawiyah, Ibnu Katsir, 3/1197, Zâdul Ma’âd, 3/240.

12 lihat Rujukan yang sama.

 

 

Majalah As-Sunnah EDISI 12/THN XIV/JUMADIL AWWAL 1432H/APRIL 2011M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/perang-khandaq/